Selalu Kangen dengan Jogja

  Senin, 21 Oktober 2024

Berwisata kuliner menjadi salah satu tujuan wisatawan datang ke Yogyakarta. Dan jika membicarakan kuliner yang menjadi khasnya Yogyakarta, tentu saja gudeg menjadi salah satu yang paling populer. Masakan khas Yogyakarta ini menjadi populer karena rasa manis yang dipadukan dengan berbagai lauk seperti sambal krecek, telur, hingga daging ayam yang menggugah selera. Saking populernya gudeg, membuat kita penasaran sejarah dan fakta-faktanya hingga menjadi masakan khas Yogyakarta. Jadi kali ini bakal kita bahas apa saja fakta dan sejarah gudeg, masakan khas Yogyakarta ini. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

1.    Sudah ada sejak zaman kerajaan Mataram Islam

Ternyata gudeg sudah dikonsumsi sejak zaman kerajaan Mataram Islam lho. Pada masa itu, Alas Mentaok yang merupakan hutan membentang dari timur laut hingga tenggara Yogyakarta, sedang dilakukan pembabatan untuk pembuatan keraton. Di alas tersebut terdapat banyak sekali pohon nangka dan kelapa. Saking banyaknya, masyarakat mencari ide untuk memanfaatkan buah nangka dan kelapa, sekaligus untuk memenuhi kebutuhan pangan para prajurit perang. Pada akhirnya buah nangka dan kelapa ini diolah menjadi gudeg.

2.    Namanya berasal dari bahasa Jawa ‘ngudheg’

(Sumber gambar: instagram.com/a_elisacha)

Nama gudeg sendiri ternyata berasal dari bahasa Jawa. Nama gudeg diambil dari kata ngudheg yang dalam bahasa Indonesia berarti mengaduk. Ini selaras dengan cara memasak gudeg di mana buah nangka muda sebagai bahan baku gudeg yang sudah diberi bumbu perlu diaduk secara berkala agar tidak gosong saat dimasak. Beberapa sumber juga mengatakan bahwa gudeg berasal dari kata hangudheg yang merupakan sebutan saat para prajurit memasak nangka yang diberi santan dan bumbu di dalam kuali sambil diaduk dengan pengaduk besar.

3.    Proses memasak gudeg menghabiskan waktu berjam-jam

(Sumber gambar: instagram.com/dapurmamutti)

Rasa manis yang khas dari gudeg ternyata membutuhkan proses yang lama. Gudeg memerlukan waktu pemasakan minimal 5 jam lho untuk bisa dinikmati. Bahkan untuk mendapatkan rasa yang kaya pemasakannya bisa mencapai 18-24 jam. Gudeg yang merupakan buah nangka muda yang dimasak dengan santan ditambah gula jawa dan berbagai bumbu dapur lainnya seperti daun salam, daun jati, lengkuas, bawang merah, dan bawang putih ini perlu dimasak sekian lama agar bumbunya benar-benar meresap dan menimbulkan rasa manis yang lezat. Proses pemasakan dalam waktu lama ini juga bisa menambah keawetan gudeg.

4.    Terdapat dua jenis gudeg yang biasa disajikan

(Sumber gambar: instagram.com/streetfoodstories)

Gudeg umumnya terbagi menjadi dua, yakni gudeg kering dan basah. Hal utama yang membedakan adalah jumlah santan dan air ketika memasaknya, sehingga menghasilkan tekstur dan rasa gudeg yang agak berbeda. Gudeg kering cenderung terasa manis. Sedangkan gudeg basah, meski juga manis, tapi juga terasa gurih dan pedas karena kuah dari areh dan sambalnya. Selain itu juga bisa dilihat dari tekstur kuah areh, kuah khas gudeg, yang dituang di atasnya. Gudeg kering memiliki kuah areh yang lebih kental dan kering. Sedangkan gudeg basah memiliki kuah yang lebih berair. Begitu juga dengan sambal krecek yang merupakan sambal khas gudeg. Pada gudeg basah, sambal krecek umumnya memiliki kuah. Sedangkan pada gudeg kering, sambal kreceknya kering.

1.    Semakin berkembang, gudeg disajikan dengan berbagai kemasan

Jika gudeg pada masa lalu merupakan masakan untuk dinikmati sendiri, menjamu tamu, atau sebagai makanan prajurit, saat ini gudeg sudah menjelma menjadi makanan khas Yogyakarta. Sehingga sering dijadikan oleh-oleh wisatawan yang berlibur dari Yogyakarta. Semakin populernya gudeg, penyajian dan kemasannya pun semakin bermacam-macam. Seperti gudeg kendil yang dikemas dalam kendil atau gerabah agar bisa memuat gudeg beserta lauk dalam jumlah yang banyak. Gudeg besek yang dikemas dengan kemasan besek yang berupa keranjang dari anyaman bambu yang juga mampu menampung gudeg dan lauk dengan jumlah cukup banyak. Lalu ada gudeg kotak yang biasanya hanya berisi satu porsi gudeg untuk keperluan pemesanan makan atau katering sekali makan. Dan yang modern adalah gudeg kaleng, di mana gudeg dikemas di dalam kaleng dan sudah disterilkan agar bisa bertahan lama sebagai oleh-oleh.

Rasa gudeg yang manis dan gurih dengan berbagai lauk yang menyertainya memang bikin kenyang. Namun jika setelah makan gudeg ingin camilan penutup untuk melengkapi selera, maka camilan dari Sakura Mochi bisa menjadi pilihan tepat. Mulai dari mochi premiumnya yang kenyal dan memiliki variasi isian kekinian, bakpia yang lembut dan isi tebal sebagai salah satu camilan khas Yogyakarta, pia-pia yang crunchy dan isiannya nggak pelit, atau pie susu dengan custard manis bisa menemani anda menyantap lezatnya gudeg!

Join us on instagram: @mochi_sakurajogja