Berwisata
kuliner menjadi salah satu tujuan wisatawan datang ke Yogyakarta. Dan jika
membicarakan kuliner yang menjadi khasnya Yogyakarta, tentu saja gudeg menjadi
salah satu yang paling populer. Masakan khas Yogyakarta ini menjadi populer
karena rasa manis yang dipadukan dengan berbagai lauk seperti sambal krecek,
telur, hingga daging ayam yang menggugah selera. Saking populernya gudeg,
membuat kita penasaran sejarah dan fakta-faktanya hingga menjadi masakan khas
Yogyakarta. Jadi kali ini bakal kita bahas apa saja fakta dan sejarah gudeg,
masakan khas Yogyakarta ini. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
1. Sudah ada sejak zaman
kerajaan Mataram Islam
Ternyata gudeg sudah dikonsumsi sejak zaman kerajaan Mataram
Islam lho. Pada masa itu, Alas Mentaok yang merupakan hutan membentang dari
timur laut hingga tenggara Yogyakarta, sedang dilakukan pembabatan untuk
pembuatan keraton. Di alas tersebut terdapat banyak sekali pohon nangka dan
kelapa. Saking banyaknya, masyarakat mencari ide untuk memanfaatkan buah nangka
dan kelapa, sekaligus untuk memenuhi kebutuhan pangan para prajurit perang.
Pada akhirnya buah nangka dan kelapa ini diolah menjadi gudeg.
2. Namanya berasal dari bahasa Jawa ‘ngudheg’
(Sumber gambar: instagram.com/a_elisacha)
Nama gudeg sendiri ternyata berasal dari bahasa Jawa. Nama
gudeg diambil dari kata ngudheg yang
dalam bahasa Indonesia berarti mengaduk. Ini selaras dengan cara memasak gudeg
di mana buah nangka muda sebagai bahan baku gudeg yang sudah diberi bumbu perlu
diaduk secara berkala agar tidak gosong saat dimasak. Beberapa sumber juga
mengatakan bahwa gudeg berasal dari kata hangudheg
yang merupakan sebutan saat para prajurit memasak nangka yang diberi santan
dan bumbu di dalam kuali sambil diaduk dengan pengaduk besar.
3. Proses memasak gudeg menghabiskan waktu berjam-jam
(Sumber gambar: instagram.com/dapurmamutti)
Rasa manis yang khas dari gudeg ternyata membutuhkan proses
yang lama. Gudeg memerlukan waktu pemasakan minimal 5 jam lho untuk bisa
dinikmati. Bahkan untuk mendapatkan rasa yang kaya pemasakannya bisa mencapai
18-24 jam. Gudeg yang merupakan buah nangka muda yang dimasak dengan santan
ditambah gula jawa dan berbagai bumbu dapur lainnya seperti daun salam, daun
jati, lengkuas, bawang merah, dan bawang putih ini perlu dimasak sekian lama
agar bumbunya benar-benar meresap dan menimbulkan rasa manis yang lezat. Proses
pemasakan dalam waktu lama ini juga bisa menambah keawetan gudeg.
4. Terdapat dua jenis gudeg yang biasa disajikan
(Sumber gambar: instagram.com/streetfoodstories)
Gudeg umumnya terbagi menjadi dua, yakni gudeg kering dan
basah. Hal utama yang membedakan adalah jumlah santan dan air ketika
memasaknya, sehingga menghasilkan tekstur dan rasa gudeg yang agak berbeda.
Gudeg kering cenderung terasa manis. Sedangkan gudeg basah, meski juga manis,
tapi juga terasa gurih dan pedas karena kuah dari areh dan sambalnya. Selain
itu juga bisa dilihat dari tekstur kuah areh, kuah khas gudeg, yang dituang di
atasnya. Gudeg kering memiliki kuah areh yang lebih kental dan kering.
Sedangkan gudeg basah memiliki kuah yang lebih berair. Begitu juga dengan
sambal krecek yang merupakan sambal khas gudeg. Pada gudeg basah, sambal krecek
umumnya memiliki kuah. Sedangkan pada gudeg kering, sambal kreceknya kering.
1. Semakin berkembang, gudeg
disajikan dengan berbagai kemasan
Jika gudeg pada masa lalu merupakan masakan untuk dinikmati
sendiri, menjamu tamu, atau sebagai makanan prajurit, saat ini gudeg sudah
menjelma menjadi makanan khas Yogyakarta. Sehingga sering dijadikan oleh-oleh
wisatawan yang berlibur dari Yogyakarta. Semakin populernya gudeg, penyajian
dan kemasannya pun semakin bermacam-macam. Seperti gudeg kendil yang dikemas
dalam kendil atau gerabah agar bisa memuat gudeg beserta lauk dalam jumlah yang
banyak. Gudeg besek yang dikemas dengan kemasan besek yang berupa keranjang
dari anyaman bambu yang juga mampu menampung gudeg dan lauk dengan jumlah cukup
banyak. Lalu ada gudeg kotak yang biasanya hanya berisi satu porsi gudeg untuk
keperluan pemesanan makan atau katering sekali makan. Dan yang modern adalah
gudeg kaleng, di mana gudeg dikemas di dalam kaleng dan sudah disterilkan agar
bisa bertahan lama sebagai oleh-oleh.
Rasa
gudeg yang manis dan gurih dengan berbagai lauk yang menyertainya memang bikin
kenyang. Namun jika setelah makan gudeg ingin camilan penutup untuk melengkapi
selera, maka camilan dari Sakura Mochi bisa menjadi pilihan tepat. Mulai dari
mochi premiumnya yang kenyal dan memiliki variasi isian kekinian, bakpia yang
lembut dan isi tebal sebagai salah satu camilan khas Yogyakarta, pia-pia yang crunchy dan isiannya nggak pelit, atau
pie susu dengan custard manis bisa
menemani anda menyantap lezatnya gudeg!