“Belum
ke Yogyakarta kalau belum beli oleh-oleh bakpia.” Mungkin ungkapan itu sering
kita dengar saat berkunjung ke Yogyakarta. Ya, bakpia menjadi salah satu
camilan paling khas di Yogyakarta. Sehingga tak jarang bakpia dijadikan pilihan
utama oleh para wisatawan saat akan membeli oleh-oleh dari Yogyakarta. Namun
apakah pernah terlintas dalam pikiran, bagaimana awal mula bakpia menjelma
menjadi sebuah oleh-oleh khas Yogyakarta yang begitu populer hingga saat ini?
Ternyata bakpia menyimpan sejarah yang seru untuk diketahui lho. Penasaran
seperti apa fakta dan sejarahnya? Langsung simak penjelasannya di bawah ini,
ya!
1. Bakpia awalnya berasal dari
kebudayaan Tionghoa
Isian bakpia yang manis memang mencerminkan selera masyarakat
Jawa, khususnya Yogyakarta. Namun ternyata bakpia awalnya justru berasal dari
Tiongkok lho. Konon di sekitar tahun 1940-an, ada seorang Tionghoa bernama Kwik
Sun Kwok yang berasal dari Wonogiri yang mencoba peruntungan dengan menyewa
tempat milik warga Yogyakarta bernama Niti Gurnito untuk berdagang bakpia.
Namun bakpia pada awalnya nggak seperti yang kita kenal saat
ini. Bakpia buatan Kwik merupakan kue yang kulitnya terbuat dari tepung yang
diberi minyak babi agar tidak lengket, serta bagian dalamnya diisi dengan
daging babi yang dicincang, sehingga namanya pun ‘bak’ dan ‘pia’ yang artinya
roti isi daging. Makanan ini umum dikonsumsi oleh masyarakat Tiongkok saat
perayaan Imlek.
Namun karena mayoritas masyarakat Yogyakarta tidak
mengonsumsi daging babi, Kwik memodifikasinya tanpa menggunakan minyak dan
daging babi agar bisa dikonsumsi masyarakat dengan mengganti isiannya dengan
kacang hijau. Setelah bakpianya laris, Kwik juga menjual aneka roti lainnya
hingga meninggal pada 1960-an.
2. Bakpia berkembang di kawasan
Pathuk
Selain Kwik, ternyata ada orang Tionghoa lain yang juga
membuat bakpia, yakni Liem Bok Sing. Liem dulunya adalah penyuplai arang untuk
Kwik dalam membuat bakpia, yang kemudian dia juga membuat bakpia generasi kedua
dengan sedikit modifikasi berupa kulit yang lebih tipis dan bentuk lebih datar.
Bakpia buatan Liem begitu populer dan pada 1955 dia menjual bakpianya di
kampung Pathuk, Gedongtengen, sehingga menjadi cikal bakal bakpia yang dikenal
sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta hingga saat ini. Area tersebut juga disebut
sebagai kampung bakpia karena banyaknya pembuat bakpia.
3. Bakpia Tamansari sebagai
bagian dari sejarah bakpia buatan warga lokal
Sebenarnya saat era Kwik masih membuat bakpia, Niti Gurnito
yang tempatnya disewa oleh Kwik juga ikut membuat bakpia dengan beberapa perbedaan.
Yakni dengan lapisan kulit yang lebih tebal dan kering, berwarna putih dan ada
bekas panggangan di bagian tengahnya. Selain itu, isian kacang hijau bakpia
milik Niti tidak semanis bakpia milik Kwik dan Liem yang berada di Pathuk.
Bakpia buatan Niti Gurnito juga disukai oleh warga lokal dan berkembang hingga
ke area Sleman, Bantul, dan Prambanan. Bakpia ini kemudian dikenal dengan
bakpia Niti Gurnito atau Bakpia Tamansari. Sebagian orang merasa bahwa bakpia
buatan Niti lebih otentik karena dibuat oleh warga lokal. Namun bakpia milik
Liem lebih populer dan berkembang pesat.
4. Bakpia merupakan makanan
hasil perpaduan dua budaya
Dari awal mula dikenalkan hingga menjadi bakpia seperti yang
kita kenal saat ini, bakpia bisa disebut sebagai makanan hasil akulturasi atau
penggabungan dua budaya, yakni budaya Tionghoa dan Jawa. Cikal bakal roti isi
daging yang kemudian dimodifikasi dengan isian kacang hijau yang manis dan
disukai masyarakat Yogyakarta menjadi salah satu contoh bakpia adalah bentuk
sukses akulturasi budaya. Sehingga pantas dijadikan oleh-oleh khas Yogyakarta.
5. Bakpia berkembang dengan
berbagai isian yang lebih modern
Semakin populer dan berkembangnya bakpia, menjadikan camilan
khas Yogyakarta ini memiliki berbagai variasi isian. Sakura Mochi memiliki
bakpia modern dengan isian yang kekinian lho. Bakpia Sakura Mochi memiliki
varian isi kumbu hitam, keju, cokelat, choco
melted, telo ungu, dan kacang hijau. Bakpia Sakura Mochi juga punya ciri
khas kulit yang lembut dan isian yang nggak pelit lho. Selain bakpia, juga ada
pia-pia yang merupakan versi lebih mini dari bakpia dengan kulit yang crunchy
dan isiannya juga banyak. Jadi kalau lagi cari oleh-oleh khas Yogyakarta,
cobain bakpia dan pia-pia dari Sakura Mochi deh!